Rabu, 26 September 2012

 
Truk Menara Geo

1. Mengenal warna dan bentuk
      Dari mainan edukatif anak dapat mengenal ragam/variasi warna dan bentuk.bulat,segi  empat,kotak dengan berbagai warna merah,kuning,hijau dan lain sebagainya.

2. Melatih konsentrasi
      Mainan edukatif dirancang untuk mengali kemampuan anak,termasuk kemampuan dalam berkonsentrasi.saat menyusun puzzel katakanlah anak dituntut untuk fokus pada gambar atau bentuk yang ada di depannya�si anak tidak berlari-larian atau melakukan aktifitas fisik lain sehingga konsentrasinya akan lebih mudah tergali.tanpa konsentrasi bisa jadi hasilnya tidak memuaskan.

3. Melatih bahasa dan wawasan
     Pemainan edukatif sangat baik bila dibarengi dengan penuturan cerita.hal ini akan memberikan manfaat bagi anak,yaitu meningkatkan kemampuan berbahasa juga keluasan wawasannya.

4. Melatih kemampuan motorik
     Stimulasi untuk motorik halus di peroleh saat anak menjumput mainannya,meraba,memegang dengan kelima jarinya dsb.sedangkan rangsangan motorik kasar di dapat pada saat anak mengerak-gerakan mainannya,melempar,mengangkat,dsb

5. Mengenal konsep sebab-akibat
     Contohnya:dengan memasukan benda kecil ke dalam benda yang lebih besar ,anak akan memahami bahwa benda yang lebih kecil bisa dimuat ke dalam benda yang lebih besar sebaliknya benda yang lebih besar tidak bisa masuk ke dalam yang lebih kecil.ini adalah konsep sebab-akibat yang sangat mendasar.


Sabtu, 14 Juli 2012


Oleh. Ari Wahyono



Anak anak ternyata memiliki hal yang luar biasa.Anda sudah mengetahuinya?. Ya sesuatu itu adalah grafik pertumbuhan fungsi otaknya. meskipun terkadang kita hanya mengamati seorang anak bermain-main, namun ternyata justru disanalah rahasianya.
Anak memiliki hasrat dan keinginan bermain hingga 90 % dari aktivitas hidupnya. Namun ketahuilah bahwa itulah yang membuatnya nanti tumbuh di waktu berikutnya.
dengan bermain ternyata anak-anak melakukan setidaknya 10 aktivitas belajar:

1. Mengenali Geometri
2. Mengenali Warna dan komposisi
3. MEngenali Tekstur Benda
4. Mengenali Respon benda bergesek
5. Mengenali interaksi antar benda
6. Mengenali gerak
7. Mengenali suara
8. Mengenali akibat gerak dan pergeseran
9. Mengenali organnya sendiri
10.Mengenali posisi dan letak dalam ruang

hal ini adalah beberapa diantaranya, namun sebenarnya ia melakukan pembelajaran dan proses yang lebih rumit.
Sebuah Jurnal menyebutkan bahwa "anak-anak yang jarang diajak bermain otaknya tumbuh 20-30% lebih rendah dibanding anak seusianya"
Ini menunjukkan memang bermain adalah kebutuhan mereka, sebagaimana kebutuhan orang tua akan seminar dan buku.
Bagaimana dengan putra-putri anda?.

Minggu, 04 Maret 2012


Dengan mengenal perbedaan gaya-gaya yang mendasar ini, orangtua dan guru akan lebih mudah menemukan referensi gaya belajar yang paling efektif untuk anak atau siswa didiknya. Menurut para pakar, ada beberapa model gaya belajar :

1. Tipe VISUAL
Ini merupakan kecenderungan gaya belajar dengan menggunakan indera penglihatan. Pada model gaya belajar ini, informasi data visual terbagi menjadi data berupa teks (tulisan, huruf, angka, simbol) dan berupa gambar (foto, diagram).

Ciri anak tipe Visual:
Lebih mudah ingat dengan melihat, lebih suka membaca, saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat orang lain melakukan dulu baru kemudian dia sendiri yang bertindak. Anak dalam kelompok ini juga dapat duduk tenang saat belajar di tengah situasi yang ribut dan ramai tanpa merasa terganggu.

Kendala dari tipe visual antara lain tak suka berbicara di depan kelompok dan tak suka mendengarkan orang lain, tahu apa yang harus dikatakan tapi tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata, serta tulisan tangannya berantakan sehingga tak terbaca. Anak dari kelompok visual juga biasanya kurang mampu mengingat informasi yang disampaikan secara lisan.

Cara menstimulasi:
Gunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis bisa berupa film, slide, ilustrasi, coretan, atau kartu-kartu gambar berseri yang bisa dipakai untuk menjelaskan informasi secara berurutan. Mintalah anak untuk menghapal dengan membayangkan obyek atau materi yang sedang dipelajarinya.

2. Tipe AUDITORY
Tipe Auditory merupakan kecenderungan gaya belajar dengan menggunakan indera pendengaran. Pada model gaya belajar ini informasi terbagi menjadi data berupa bahasa dan nada.

Ciri anak tipe Auditory:
Mudah ingat dari apa yang didengarnya dan didiskusikannya. Senang dibacakan atau mendengarkan, lebih suka menuliskan kembali sesuatu, senang membaca dengan suara keras, bisa mengulangi apa yang didengarnya, senang diskusi, bicara atau menjelaskan panjang lebar. Anak dengan tipe auditory pada umumnya menyenangi seni musik dan mudah mempelajari bahasa asing.

Kendala anak dengan tipe auditory antara lain cenderung banyak omong, tak bisa belajar dalam suasana berisik atau ribut, apalagi bila  anak memiliki konsentrasi yang lemah. Anak juga lebih memperhatikan informasi yang didengarnya, jadi kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungannya.

Cara menstimulasi:
Bekali anak dengan tape recorder untuk merekam semua materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. Libatkan anak dalam kegiatan diskusi, coba bacakan informasi, kemudian meringkasnya dengan bentuk lisan dan direkam untuk selanjutnya diperdengarkan dan dipahami.

3. Tipe KINESTETIK
Kecenderungan gaya belajar dengan menggunakan indera tubuh. Pada model gaya belajar kinestetik, informasi terbagi menjadi data berupa gerakan dan sentuhan.

Ciri anak tipe Kinestetik:
Gemar menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, suka mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya sedemikian aktif, banyak gerak fisik dan memiliki koordinasi tubuh yang baik, menyukai kegiatan/permainan yang menyibukkan secara fisik, lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada menjelaskan.

Kendalanya, anak sulit mempelajari hal-hal yang abstrak, tak bisa belajar di sekolah-sekolah yang bergaya konvensional di mana guru menjelaskan dan anak duduk diam. Kapasitas energi anak cukup tinggi, sehingga bila tidak disalurkan akan berpengaruh terhadap konsentrasi belajarnya.

Cara menstimulasi:
Bersekolah pada sekolah yang menganut sistem active learning di mana siswa banyak terlibat dalam proses belajar. Dengan begitu, kemampuannya dapat berkembang optimal. Untuk siswa yang memiliki kapasitas energi berlebih, sebaiknya diberikan aktivitas fisik, seperti kegiatan olahraga atau kesenian. Salurkan energi dengan memberikan kebebasan beraktivitas sebelum belajar, sehingga anak bisa duduk tenang selama belajar.

Selasa, 17 Januari 2012


Bermain adalah cara efektif untuk belajar anak

Lewat permainan,anak akan mengalami perasaan bahagia.Dengan perasaan suka cita itulah syaraf/neuron di otak anak dengan cepat saling berkoneksi untuk membentuk satu memori baru.itulah sebabnya mengapa anak-anak dengan mudah belajar sesuatu melalui permainan.

Perlunya Bermain:

Belajar dari permainan (learning by playing).
Permainan harus memiliki nilai yang seimbang dengan belajar.banyak hal yang dapat di pelajari anak melalui permainan.keseimbangan antara motorik halus dan motorik kasar sangat mempengaruhi perkembangan psikologi anak.seperti kata Reamonn O Donnchadha dalam bukunya The Confident Child,Permainan akan memberi kesempatan untuk belajar menghadapi situasi Kehidupan Pribadi sekaligus belajar memecahkan masalah.

Permainan Mengembangkan Otak Kanan.
Disamping itu tentu saja anak mempunyai kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya berhadapan dengan teman sebayanya dan mengembangkan perasaan realistis pada dirinya.Bermain melalui permainan memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan,kemampuan yang mungkin kurang terasah di sekolah maupun di rumah.

Permainan Mengembangkan Pola Sosialisasi dan Emosi Pada Anak.
Dalam permainan kelompok,anak belajar sosialisasi yang menempatkan dirinya sebagai makluk sosial.anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok.ketika anak memainkan peran baik atau jahat membuat anak kaya akan pengalaman emosi,anak akan memahi perasaan yang terkait darim ketakutan dan penolakan dari situasi yang dia hadapi.

Dengan kegiatan bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mempraktikan rasa percayanya kepada orang lain dan kemampuan dalam bernegosiasi,memecahkan masalah (problem Solving) atau sekedar bergaul dengan orang sekitarnya.





Popular Posts